1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan
mutu pembelajaran. Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends (dalam
Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah mutu landasan atau
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk
meningkatkan kemampuan siswa secara optimal guna mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual atau CTL bukan merupakan suatu
konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas
Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dawey pada tahun 1961,
Dawey (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14) mengusulkan suatu
kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat
dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori mengenal
model pembelajaran CTL.
Jhonson (2006: 65) CTL sebuah sistem yang menyeluruh CTL
terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagianbagian
ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan.
Suprijono (2009: 79) CTL merupakan konsep yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar Nurhadi
(dalam Muslich, 2011: 41).
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalahmasalah
dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung
jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan
tenaga kerja (Trianto, 2009: 105). Sanjaya (2006: 109) CTL adalah
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
CTL adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi
dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar
siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya
dalam kehidupan.
3. Karakteristik CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas
yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain.
Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi
yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model
pembelajaran CTL sebagai berikut :
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran
yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang
lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning
as an enjoy activity).
Sedangkan menurut Sanjana (http://azidafbudi.wordpress.com, 2013)
ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis CTL yaitu :
1) Pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan yang sudah
ada.
2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (Acquiring Knowledge).
3) Pemahaman pengetahuan (Understanding Knowledge).
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (Applying
Knowledge).
5) Melakukan refleksi (Reflecting Knowledge).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik
pembelajaran CTL adalah pembelajaran dilaksanakan dalam konteks
autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan tugas-tugas yang bermakna, membentuk kelompok untuk menciptakan kerjasama antar siswa,
dan mencipatkan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan
pengalaman yang bermakna.
4. Komponen CTL
Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen
utama, yaitu (1) konstruktivisme (constructivism), (2) bertanya
(questioning), (3) inkuiri (inquiry), (4) masyarakat belajar (learning
community), (5) permodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7)
penilaian autentik (authentic assessment).
Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran
CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan
menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme yaitu pengetahuan yang dibangun sedikit demi sedikit
melalui sebuah proses.
2) Bertanya (questioning)
Bertanya yaitu kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk
menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
3) Inkuiri (inquiry)
Inkuiri merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. 4) Masyarakat Belajar (learning community)
Masyarakat belajar yaitu hasil belajar yang diperoleh dari kejasama
dengan orang lain. Dalam praktiknya ”masyarakat belajar” terwujud
dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan
ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok
dengan kelas diatasnya, bekerja sama dengan masyarakat.
5) Permodelan (modeling)
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
contoh model nyata. Dalam penerapannya guru mencontohkan dengan
menggunakan alat bantu.
6) Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisasi
kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan
mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
7) Penilaian Autentik (authentic assessment)
Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data
dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada
saat melakukan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu konstruksivisme
(constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat
belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection),
dan penilaian autentik (authentic assessment). Dalam pembelajaran akan memperlancar siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan
mengambil manfaatnya bagi kemajuan belajar dan meningkatkan hasil
belajar mereka.
5. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran CTL
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran
CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkahlangkah
yang tepat (Trianto, 2009: 107) secara garis besar, mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut :
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara
acak dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri
dan mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru.
2) Siswa membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan
oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah
pengalaman siswa.
3) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain
diberi kesempatan mengomentari.
4) Guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua
materi yang telah dipelajari.
Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan
mampu (a) saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, (b)
membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan
informasi, (c) bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, (d) mengerjakan tes
formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah
dipelajari.
Referensi :
- Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana Prenada Medioa Group. Jakarta
- Muslich, Mansur. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.
- Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Surabaya.
- Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Rafika Aditama. Jakarta.
- Jhonson, B. Elain. 2006. Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung
- Sumiati, dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung.