1. Pengertian Tipe Think Pair Share
Model pembelajaran tipe think pair share merupakan model
pembelajaran kooperatif sederhana yang berarti berfikir-berpasangandan
berbagi. Warsono (2012: 202) Model cooperative learning tipe think
pair share yang berarti berfikir-berpasangan-berbagi semula
dikembangkan oleh Frank Lyman, juga oleh Spencer Kagan bersama
Jack Hassard. Model ini oleh Johnson dan Johnson menyebutrnya
tengoklah pasanganmu (Turn To Your Partner). Isjoni (2010: 78)
menyatakan bahwa tehnik ini memberikan siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik
ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan
delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain.
Menurut Huda (2013: 206) menyatakan bahwa Strategi think pair
share memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau berfikir‟
(wait or think time) pada elemen pembelajaran kooperatif yang saat ini
menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa
terhadap pertanyaan. Sedangkan Menurut Arends (dalam Husaini. 2012.
http://matheducations.blogsopt.com) menyatakan bahwa: Model pembelajaran think pair and share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think pair and share dapat
memberi murid lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan
saling membantu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran tipe think pair share adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, berpikir
sendiri mengenai masalah-masalah yang diberikan oleh guru dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
teman, memberikan umpan balik untuk merespon dan saling membantu.
Dalam tipe ini siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam
bekerjasama dan komunikasi antar siswa. Interaksi yang berlangsung
selama proses pembelajaran dapat meningkatkan daya pikir dan
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe Think Pair Share
Sama halnya dengan model-model pembelajaran lainnya, Model
cooperative learning tipe think pair share memiliki langkah-langkah
dalam pelaksanaannya. Menurut Warsono (2012: 203) Sintaks atau cara
kerja pembelajaran tipe adalah sebagai berikut:
a) Siswa duduk berpasangan,
b) Guru melakukan presentasi dan kemudian mengajukan pertanyaan,
c) Mula-mula siswa diberi kesempatan berfikir secara mandiri,
d) Siswa kemudian saling berbagi (share) bertukar pikiran dengan
pasanganya untuk menjawab pertanyaan guru,
e) Guru memandu pleno kecil diskusi, setiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya, f) Guru memberikan penguatan tentang prinsip-prinsip apa yang
harus dibahas, menambahkan pengetahuan atau konsep yang luput
dari perhatian siswa saat berdiskusi dengan pasanganya
g) Simpulan dan refleksi.
Sedangkan menurut Anita Lie (dalam Ningsih. 2011.
eprint.uny.ac.id) menguraikan langkah-langkah pembelajaran tipe Think
Pair Share adalah sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan
tugas kepada semua kelompok;
b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri;
c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya;
d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat.
Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya
kepada kelompok berempat.
Menurut Huda (2013: 207), langkah-langkah model cooperative
learning tipe think pair share dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari empat anggota/siswa;
b) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok;
c) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas
tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu;
d) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan.
Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya;
e) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya
masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
Sesuai dengan salah satu ciri dari tipe think pair share yaitu pair
(berpasangan), pada dasarnya tipe ini hanya dapat diterapkan pada kelas
yang jumlah siswanya genap. Namun, tidak menutup kemungkinan tipe
ini juga dapat diterapkan pada kelas yang jumlah siswanya ganjil. Hal ini
diperkuat dengan pendapat Kristin (dalam Marbun 2013: 22) menyatakan
apabila jumlah siswa pada suatu kelas ganjil, maka guru menggabungkan siswa tersebut dalam kelompok yang dirasa guru memiliki prestasi
belajar rendah, karena akan banyak masukan-masukan atau pendapat
dalam menyelesaikan soal-soal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dengan jumlah kelompok siswa yang ganjil akan
digabungkan dengan sebagian kecil siswa yang memiliki prestasi belajar
rendah dan pada penelitian ini akan menggunakan langkahlangkah/Sintaks
think pair share dari teori yang dikemukakan oleh Anita
lie dan Huda dalam pembelajaran tematik.
3. Kelebihan dan Kekurangan Tipe Think Pair Share
Di dalam model cooperative learning tipe think pair share
memiliki kelebihan sekaligus kekurangan yang harus diperhatikan.
Menurut Anita Lie (dalam Ningsih. 2011. eprint.uny.ac.id) memaparkan
beberapa kelebihan dari pembelajaran tipe think pair share yaitu: (a)
meningkatkan partisipasi siswa, (b) cocok untuk tugas sederhana, (c)
lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok, (d) Interaksi lebih mudah, dan (e) lebih mudah dan cepat
membentuknya.
Selanjutnya menurut Lie (2004: 57), kelebihan tipe think pair share
adalah sebagai berikut.
1) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena
secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi
yang diajarkan.
2) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat
dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan
dalam memecahkan masalah.
3) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari
2 orang.
4) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
5) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam
proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Huda (2013: 206) menyatakan
kelebihan/manfaat tipe think pair share antara lain a) memungkinkan
siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, b)
mengoptimalkan partisipasi siswa dan c) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Menurut Fadholi (dalam Husaini. 2012.
http//matheducations.blogspot.com) mengemukakan 5 Kelebihan
pembelajaran tipe think pair and share sebagai berikut:
a) Memberi murid waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain;
b) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya;
c) Murid lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari
2 orang;
d) Murid memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada menyebar; e) Memungkinkan murid untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena
secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan
oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi
yang diajarkan.
Sedangkan kekurangan dalam pelaksanan tipe think pair share
menurut Anita Lie (dalam Ningsih. 2011. eprint.uny.ac.id) menyatakan
bahwa kekurangan tipe ini antara lain adalah : (a) banyak kelompok yang
melaporkan dan perlu dimonitor, (b) lebih sedikit ide yang muncul, dan
(c) jika ada perselisihan, tidak ada penengah. Selanjutnya menurut
Fadholi (dalam Husaini. 2012. http//matheducations.blogspot.com)
mengemukakan 5 Kelemahan tipe think pair and share sebagai berikut:
a) Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan
kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan;
b) Jika ada perselisihan,tidak ada penengah;
c) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak;
d) Menggantungkan pada pasangan;
e) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan
muridnya rendah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti harus lebih
optimal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan tipe
think pair share sehingga meminimalisir terjadinya kekurangankekurangan
yang terjadi pada proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tipe think pair share dalam
penelitian ini adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan teman, dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 1) guru membagi siswa dalam
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, 2) guru memberikan tugas kepada
setiap kelompok, 3) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas secara individual, 4) kelompok membentuk anggota-anggotanya secara
berpasangan, setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan
individunya, dan 5) kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam
kelompoknya masing-masing untuk membagikan (share) hasil
diskusinya.
Referensi :
Referensi :
- Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Grassindo, Jakarta.
- Ningsih, Ari Yunita. 2011. Penggunaan Media Kelereng dalam Model Pembelajaran Kooperatif (Think Pair Shre) untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Kelas II Sd Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Eprint. Uny. ac.id. (diakses pada 29 Maret 2015).
- Marbun, Rosnita. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas IVa Sd Negeri 1 Panjang Selatan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
- Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
- Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.
- Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.