
1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Hamalik (dalam Takdir, 2012:29)
menyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan
pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep yang dapat diterapkan di
lapangan. Selain itu Mulyasa (dalam Takdir, 2012:32) menyatakan bahwa
discovery merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman
langsung dilapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran
yang ada dalam pedoman buku pelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa discovery
merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme. Dimana model ini menekankan pada pentingnya
pemahaman terhadap suatu konsep dalam pembelajaran melalui keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran.
Discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang
sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi
atau kemampuan yang sesuai denga lingkungan dan zaman, tempat dan waktu ia
hidup.
2. Langkah-langkah Penerapan Model Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di
kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai berikut:
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan),
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda
tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah), Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah), Syah (2004:244).
3) Data Collection (Pengumpulan Data), Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada
para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, Syah
(2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relefan, membaca literatur.
4) Data Processing (Pengolahan Data), Semua informasi hasil bacaan, diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut
juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi pada pembentukan
konsep dan generalisasi.
5) Verification (Pembuktian), Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan data hasil processing, Syah
(2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6) Generalization ( Menarik Kesimpulan/Generalisasi), Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan verifikasi,
Syah (2004:244). Setelah menarik kesimpulan siswa harus
memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang
luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
3. Kelebihan Model Discovery Learning
Takdir (2012:70) mengemukakan beberapa kelebihan belajar mengajar dengan
discovery, yaitu:
1) Dalam penyampaian bahan discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman
langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik
dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna
2) Discovery strategy lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak
didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata
3) Discovery strategy merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik
langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui
strategi ini mereka mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan
dikemudian hari
4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan discovery strategy akan
lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang
berkenaan dengan aktivitas pembelajaran
5) Discovery strategy banyak memberikan kesempatan bagi para peserta didik
untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar.
Beberapa kelebihan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman,
dkk (2001: 179) sebagai berikut:
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih
lama diingat;
3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat;
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
4. Kelemahan Model Discovery Learning
Adapun kelemahan model discovery yang dikemukakan Takdir (2012:70),
yaitu: a) Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman
antara guru dengan siswa.
b) Menyita pekerjaan guru.
c) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
d) Tidak berlaku untuk semua topik.
1. Berkenaan dengan waktu, strategi discovery learning membutuhkan
waktu yang lebih lama daripada ekspositori.
2. Kemampuan berfikir rasional siswa ada yang masih terbatas.
3. Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada
suatu kesimpulan.
4. Faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakan pola
pembelajaran lama.
5. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajara dengan cara ini. Di
lapangan beberapasiswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan
model ceramah.
6. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya
topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan
dengan model penemuan.
Referensi :
Referensi :
- Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Jogjakarta : Diva Press.
- Suherman, dkk. 2001. Keunggulan Metode Discovery ( Diakses) : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran- discovery-penemuan/
- Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.