1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk. di Universitas
John Hopkins pada tahun 1995. Menurut Slavin (2005: 143), model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling sederhana
dan paling tepat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan
pendekatan dengan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pernyataan Slavin (2005: 11-12) penjelasan mengenai STAD
adalah sebagai berikut.
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin,
dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat
itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para
siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya,
dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan
tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan dengan hasil yang
mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk
memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria
tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.
Menurut Trianto (2009: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen,
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin (2005: 12-13) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu :
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim
bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim.
3. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa
memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan
bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya
sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa
kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gagasan
utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk
memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu
sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar, yang pada
akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Pelaksanaannya siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen yang bekerja sama
saling membantu dengan tetap memperhatikan hasil kerja kelompok dan
individu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD
juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Menurut Trianto (2009: 69) ada 5 persiapan yang harus
dilakukan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kerja siswa
(LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antarsatu
kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila
memungkinkan kelompok kooperatif perlu memerhatikan ras,
agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam
kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka
pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik.
Dalam hal ini penulis menamai masing-masing kelompok dengan
nama bunga agar memudahkan dalam membagi kelompok.
c. Menentukan skor awal Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah
nilai akhir semester sebelumnya.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur
dengan baik. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat
duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif
tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok.
Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing
individu dalam kelompok.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam setiap model pembelajaran terdapat langkah-langkah pembelajaran
yang diterapkan dari awal sampai akhir. Slavin (2005: 147-163)
menyatakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
disusun sebagai berikut. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa, Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi, Guru menyampaikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok
kooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar, Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Fase 5
Evaluasi, Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masingmasing
kelompok mempersentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan, Guru mencari cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Adesanjaya (2011: 68) kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang
menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya keterampilan guru
dalam manajemen kelasnya, guru mampu menyatukan siswa dengan
berbagai keanekaragamannya dalam kelompok-kelompok kecil
sehingga dapat mengatasi kelemahan dalam penggunaan model
pembelajaran ini.
Referensi :
- Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice (N. Yusron. Terjemahan). London: Allymand Bacon. Buku asli diterbitkan tahun 2005.
- Trianto, 2009 Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta Kencana Prenada Group.
- Adesanjaya. 2011. “Pemanfaatan Media Gambar dalam Proses Belajar Mengajar”. http:// Adesanjaya.blogspot.com diakses pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 22.05 WIB.