1. Pengertian Tunadaksa
Tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang, dan “daksa” yang berarti tubuh. Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa, istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak tunadaksa adalah anak yang memiliki cacat fisik, tubuh atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asing sering dikenal dengan istilah crippled, physically handicapped, physically disable, dan sebagainya. Keragaman istilah yang dikemuakakan untuk menyebutkan tunadaksa tergantung dari alasan para ahli yang menentukan. Meskipun istilah yang dikemukakan berbeda, tapi secara material pada dasarnya memiliki makna yang sama (Pendidikan, 2006).
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1980 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penderita Cacat menyebutkan bahwa penderita cacat adalah seseorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan memiliki kelainan fisik dan atau mental yang oleh karenanya dapat menjadi rintangan atau hambatan bagi dirinya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Undang-Undang No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pada bagian penjelasan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara (Raharjo, dalam Wrastari, 2003).
Menurut Mangunson (dalam Suranti, 2008) cacat fisik didefinisikan sebagai ketidakmampuan tubuh seperti keadaan normal. Berdasarkan ketiga definisi di atas, cacat fisik adalah kelainan fisik dan atau mental sehingga timbul rintangan dan hambatan yang mengakibatkan tubuh tidak mampu berfungsi secara normal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tunadaksa yang sering juga disebut cacat fisik adalah seseorang yang memiliki hambatan fisik yang mengakibatkan munculnya beberapa gangguan pada fungsi tubuh, seperti gerak tubuh ataupun mental yang tidak dapat berfungsi secara normal.
2. Penyebab Tunadaksa
Suhartono (dalam Suranti, 2008) menemukan sebab-sebab cacat fisik sebagai berikut:
a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan, meliputi:
Wrastari, A.T. 2003. Pengaruh pemberian pelatihan neuro linguistic programming (NLP) terhadap peningkatan penerimaan diri penyandang cacat tubuh pada remaja penyandang cacat tubuh di pusat rehabilitasi panti sosial bina daksa “suryatama” bangil pasuruan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Suranti. 2008. Konsep diri dan religiusitas pada tuna daksa sebab lecelakaan, Fakultas Psikologi-Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Somantri, S. 2006. Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Adita
Suhartono (dalam Suranti, 2008) menemukan sebab-sebab cacat fisik sebagai berikut:
- Cacat sejak lahir karena proses kelahiran individu sudah dalam keadaan cacat.
- Cacat non bawaan adalah cacat yang dialami individu bukan sejak lahir tetapi terjadi pada masa pertumbuhan yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan dan peperangan.
a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan, meliputi:
- Club-foot (kaki seperti tongkat)
- Club-hand (tangan seperti tongkat)
- Polydctylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki)
- Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka)
- Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan yang lainnya)
- Cretinism (kerdil atau katai)
- Mycrocepalus (kepala yang kecil, tidak normal)
- Hydrocepalus (kepala yang besar karena adanya cairan)
- Herelip (gangguan pada bibir dan mulut)
- Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu)
- Erb‟s palys (kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu kelahiran)
- Fragilitas osium (tulang yang rapuh dan mudah patah)
- Tuberkolosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)
- Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling sumsum tulang karena bakteri)
- Poliomyelitis (infeksi virus yang mungkin menyebabkan kelumpuhan)
- Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain
- Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)
- Kecelakaan akibat luka bakar
- Patah tulang
Wrastari, A.T. 2003. Pengaruh pemberian pelatihan neuro linguistic programming (NLP) terhadap peningkatan penerimaan diri penyandang cacat tubuh pada remaja penyandang cacat tubuh di pusat rehabilitasi panti sosial bina daksa “suryatama” bangil pasuruan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Suranti. 2008. Konsep diri dan religiusitas pada tuna daksa sebab lecelakaan, Fakultas Psikologi-Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Somantri, S. 2006. Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Adita