Perkembangan teknologi yang semakin pesat tentu sangat memudahkan aktivitas manusia. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup direspon positif adalah pembelajaran jarak jauh atau e-learning. The American Society for Training and Development (2001) menyatakan bahwa e-learning merupakan segala sesuatu yang dikirim atau difasilitasi dengan teknologi elektronik untuk pembelajaran (dalam Fee, 2009). Melalui e-learning, penyedia pendidikan seakanakan membuka kelas di berbagai tempat.
E-learning sendiri memiliki berbagai macam definisi. Menurut Williams & Sawyer (2007), e-learning merupakan sebuah nama untuk program pendidikan secara online. Hampir sama dengan pendapat Henderson (2003) yang menyatakan bahwa e-learning merupakan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, biasanya internet. Menurut Naidu (2006), e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Hampir sama dengan pendapat oleh Rosenberg (2006), e-learning merupakan penggunaan teknologi internet untuk menciptakan atau mengirimkan lingkungan pembelajaran yang meliputi sekumpulan sumber instruksi, informasi, dan solusi, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi individu dan organisasi. Sedangkan, menurut
Munir (2008), e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Apabila mengacu pada definisi ini, tidak semua e-learning dilakukan secara online dan jarak jauh. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer, atau kombinasi dari ketiganya.
Saat berpikir mengenai e-learning, orang-orang cenderung memiliki gambaran mengenai seseorang yang sedang duduk sendirian, menatap layar komputer, dan mengerjakan tugas atau ujian sendirian. Menurut Fee (2009), adanya pemikiran ini akan membuat orang-orang cenderung menganggap bahwa e-learning merupakan self-study yang kurang memiliki interaksi. Pemikiran seperti ini juga tidak dapat disalahkan sepenuhnya, karena proses belajar tetap berlangsung meskipun seseorang sedang duduk sendirian. Hanya saja, interaksi yang berlangsung tidak terlihat secara kasat mata. Secara umum, e-learning adalah proses pembelajaran dengan menggunakan/memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, agar pengajar dan pelajar dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Santrock (2007) yang menyatakan bahwa internet merupakan inti dari komunikasi melalui komputer.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Hal ini bertujuan, agar pengajar dan pelajar dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
2. Kelebihan E-learning
Pembelajaran melalui e-learning tentu memiliki kelebihan. Munir (2008) menyatakan bahwa pembelajaran dengan e-learning memiliki banyak kelebihan, antara lain:
- Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi pelajar karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi pembelajaran akan lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah pula untuk diungkapkan kembali.
- Dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang terhadap pengetahuan yang disampaikan, karena konten yang bervariasi, interaksi yang menarik perhatian, umpan balik yang didapat secara cepat, dan adanya interaksi dengan pengajar.
- Adanya kerja sama dalam komunitas online yang memudahkan berlangsungnya proses transfer informasi dan komunikasi, sehingga setiap elemen tidak akan kekurangan sumber atau bahan ajar.
- Administrasi dan pengurusan yang terpusat, sehingga memudahkan dilakukannya aksses dalam operasionalnya.
- Pusat perhatian dalam pembelajaran tertuju pada pelajar, dimana pelajar tidak bergantung sepenuhnya kepada pengajar. Pelajar belajar secara mandiri untuk menggali atau mengeksplorasi ilmu pengetahuan melalui internet.
3. Kekurangan E-Learning
E-learning juga tidak terlepas dari adanya kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997; dalam Suyanto, 2005) mengenai e-learning antara lain adalah:
- Apabila interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar kurang, hal ini dapat memperlambat terbentuknya nilai-nilai dalam proses belajar dan mengajar.
- Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial.
- Pelajar yang tidak memiliki motivasi belajar tinggi akan cenderung ketinggalan atau gagal.
- Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
- Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.
- Kurangnya penggunaan bahasa komputer.
Referensi :
- Fee, K. (2009). Delivering e-Learning. London, UK: Kogan Page Limited.
- Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penerbit Alfabeta, Bandung.
- Santrock, John W. (2008). Educational Psychology 2nd Edition. McGraw-Hill Company.
- Rosenberg, M. J. (2006). Beyond e-Learning. San Francisco, CA: John Wiley & Sons, Inc.
- Naidu, S. (2006). E-Learning: A guidebook of principles, procedures and practices (2nd ed.). New Delhi: Commonwealth Educational Media Center for Asia (CEMCA).
- Williams, B. K., & Sawyer, S. C. (2007). Using Information Technology: Pengenalan Praktis Dunia Komputer dan Komunikasi (Edisi 7) (Penerjemah: Nur Wijayaning Rahayu & Th. Arie Prabawati). Yogyakarta: ANDI.
- Henderson, A. J. (2003). The E-Learning Question and Answer Book: A Survival Guide for Trainers and Business Managers. New York: American Management Association.