Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 57) model pembelajaran
pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Sejalan dengan pendapat di atas, Wahab (2007: 52)
mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah perencanaan
pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses
belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa
seperti yang diharapkan. Soekamto, dkk (Trianto, 2010: 22)
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran
yang tersusun secara sistematis yang berfungsi sebagai pedoman untuk
mencapai suatu tujuan. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai
pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar
guna mencapai tujuan yang diharapkan.
a. Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning berasal dari
kata cooperative dan learning yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15). Hal ini sejalan
dengan pendapat Rusman (2011: 204) yang mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di
dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Slavin (Isjoni, 2007: 12) mengemukakan bahwa cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sejalan
dengan pendapat Slavin, Isjoni (2007: 44) menyimpulkan bahwa
cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa
belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang
berbeda. Sedangkan menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) pada
dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa cooperative learning adalah suatu proses pembelajaran secara
kolaboratif dalam sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih, masing-masing anggotanya memiliki kesempatan dan
tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
kelompok itu sendiri.
b. Tujuan Cooperative Learning
Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai,
sama halnya dengan cooperative learning. Menurut Isjoni (2007: 6)
tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah
agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temantemannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya
dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Trianto (2010: 60)
pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain. Sementara itu, Johnson & Johnson (Trianto, 2010: 56)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa tujuan cooperative learning adalah setiap peserta didik dapat
mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lain, sehingga terjadi kesamaan pemikiran dan pemahaman
antara anggota satu dengan anggota yang lain di dalam satu
kelompok. Selain itu cooperative learning menekankan untuk belajar
saling menghargai pendapat antaranggota kelompok.
c. Prinsip Utama Cooperative Learning
Cooperative learning memiliki prinsip utama yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Slavin (Trianto,
2010: 61) menyatakan bahwa terdapat tiga hal prinsip utama dalam
cooperative learning:
1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha
membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan
yang lain.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa
siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan
belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa
berkemampuan tinggi, sedang, rendah sama-sama rentang
untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua
anggota kelompok sangat bernilai.
Berdasarkan pendapat Slavin di atas, bahwa cooperative
learning harus berpatok pada tiga prinsip. Adanya penghargaan
kelompok, tanggung jawab individual, dan kesempatan yang sama
untuk sukses.
d. Langkah-langkah Cooperative Learning
Sebuah model dalam kegiatan pembelajaran memiliki langkahlangkah
secara sistematis dalam penerapannya. Ibrahim (Trianto,
2010: 66−67) menyatakan bahwa terdapat enam langkah utama atau
fase pokok dalam penerapan cooperative learning:
1) Fase 1, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
2) Fase 2, menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3) Fase 3, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
4) Fase 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas-tugas mereka.
5) Fase 5, evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya. 6) Fase 6, memberikan penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan pendapat Ibrahim di atas, bahwa pembelajaran
dapat dikategorikan cooperative learning apabila terdapat enam
langkah utama atau fase pokok seperti yang telah dipaparkan di atas.
Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif,
membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, dan
memberikan penghargaan.
e. Jenis-jenis Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang
memiliki banyak tipe atau jenis dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Menurut Lie (2002: 55−71) jenis-jenis model
cooperative learning adalah sebagai berikut: (1) make a match, (2)
think pair share, (3) numbered head together, (4) inside outside
circle, (5) jigsaw, dan (6) paired storytelling.
Berdasarkan pendapat Lie di atas, penulis menyimpulkan
bahwa model cooperative learning memiliki banyak jenis atau tipe
untuk diterapkan dalam pembelajaran. Teknik pembelajaran
cooperative learning di atas bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Referensi :
- Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.
- Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.
- Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
- Solihatin, Etin, dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.
- Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
- Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Alfabeta. Bandung.
- Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.