Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara
komunikator dan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis.
Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui
tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui tanggapan
komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah
komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka
komunikator dapat memberi kesempatan komunikan untuk bertanya seluasluasnya.
Siswa dikatakan memiliki kemampuan dalam komunikasi interpersonal yang
efektif apabila ia mampu menanggapi informasi yang diterima dengan senang
hati dalam menghadapi hubungan interpersonal, dapat berempati, artinya
mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, mendukung komunikasi
berlangsung efektif, memiliki rasa positif, yaitu memandang diri dan orang
lian secara positif serta menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri
komunikasi itu sendiri yaitu menurut Kumar (Wiryanto, 2005) bahwa ciri-ciri
komunikasi interpersonal tersebut yaitu:
a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal;
b. Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
28
c. Dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk
mendukung komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan
menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan
Saat berkomunikasi sangat diperlukan sikap asertif yaitu sikap yang dapat
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada
orang lain. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk dapat menumbuhkan sikap
asertif agar dapat berkomunikasi dengan baik. Assertive Training merupakan
teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang
mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam
menyatakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Corey (2009) bahwa latihan
asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana
individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan
atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperkirakan bahwa upaya meningkatkan
komunikasi interpersonal siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
assertive training.
Referensi :
Wiryanto. 2005. “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Jakarta: Grasindo.
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama.