Penggunaan Layanan Konseling Kelompok dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Masalah-masalah yang dapat diselesaikan dalam bimbingan konseling meliputi empat bidang, yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.Kesulitan belajar siswa merupakan salah satu masalah yang dialami siswa di bidang belajar. Hal tersebut sealan dngan pendapat Sukardi dan Kusumawati (2008:79) yang menyatakan bahwa “ Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalahmasalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan.” 

Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. 

Faktor kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam belajar dan pembelajaran serta faktor lingkungan belajarnya sendiri.

Keterkaitan antara kesulitan belajar dan konseling kelompok tampak jelas dalam pelaksanaan konseling kelompok. Dalam pelaksanaan konseling kelompok terdapat suatu keadaan yang membangun suasana menjadi lebih aktif dan lebih bersahabat, keadaan itu adalah dinamika kelompok.Dengan adanya dinamika kelompok itulah siswa mengembangkan diri dan memperoleh banyak keuntungan.

Menurut Prayitno (2004:4) tujuan layanan konseling kelompok yaitu: “ Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu- individu lain yang menjadi peserta layanan”. Keuntungan itu diperoleh dengan cara siswa berperan aktif dan terlibat dalam pemecahan permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok. Keterlibatan itu dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam memberikan tanggapan, masukan serta ide-ide mengenai permasalahan yang dibahas. Dengandemikian di dalam konseling kelompok tercipta pemecahan yang relevan dari pemikiran siswanya sendiri berdasarkan kumpulan pendapat/ide dari anggota kelompok.

Dipertegas dengan pendapat Nurihsan (Kurnanto 2013:9) mengenai fungsi layanan konseling kelompok, yaitu : “Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan.Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang dibanyu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat. Sedangkan, konseling kelompok bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat keluar dari persoalam yang dialaminya dengan cara memberikan kesempatan, dorongan juga pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya. “

Melihat fungsi layanan konseling kelompok, dapat diketahui bahwa salah satu fungsi dari konseling kelompok adalah membantu individu untuk dapat keluar dari persoalan yang dialaminya sehingga sekiranya konseling kelompok dapat menjadi sarana dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kesulitan belajar melalui layanan konseling kelompok merupakan salah satu penanganan masalahbelajar siswa yang dilakukan dalam suasana kelompok yang merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.

Referensi :
  1. Sukardi dan Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
  2. Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang
  3. Kurnanto, M.E. 2013. Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta