Kajian Teori tentang Ikan Rainbow

1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Rainbow

Klasifikasi ikan rainbow (ITIS, 2012) adalah : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Superclass : Osteichthyes Class : Actinopterygii Subclass : Neopterygii Infraclass : Teleostei Superorder : Acanthopterygii Order : Atheriniformes Suborder : Athernoidea Family : Melanotaeniidae Genus : Glossolepis Species : Melanotaenia parva, (Weber, 1907).

Ikan rainbow memiliki panjang makimal 15 cm pada indukan jantan , sedangkan pada indukan rainbow betina memiliki panjang dan ukuran tubuh relatif kecil jika di bandingkan dengan rainbow jantan. Ikan rainbow mempunyai bentuk tubuh yang panjang dan pipih ke samping. Mempunyai dua buah sirip punggung yang pertama letaknya paling depan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sirip punggung sedangkan yang kedua berada di belakangnya. Warna dasar tubuhnya suram tetapi mengkilap dengan bagian punggung kecoklatan, serta kekuningan pada bagian perut. Selain itu pada sisi badannya terdapat banyak garis memanjang berwarna coklat kemerahan (Daelami, 2010).

2. Habitat Ikan Rainbow

Ikan rainbow tergolong dalam famili melanotaenidae yang terdistribusi di Irian Jaya, Papua New Guinea, dan Australia dengan habitat kebanyakan air bersih pada ketinggian di bawah 1500 meter, baik di sungai, danau,dan rawa (Said dan Hidayat, 2005). Ikan rainbow bersifat endemik di Danau Aitinjo dan Danau Ajamaru, Irian Jaya (Allen,1995) Ikan ini aktif pada siang hari (diurnal) untuk mencari makan dan beraktifitas (Allen, 1995). 

3. Pakan Ikan Rainbow

Ikan rainbow tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan (Saputra, 2007). Pada benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera dan Moina sp. (Amri dan Khairuman, 2003). Ikan rainbow aktif mencari makan pada siang hari (diurnal) (Allen, 1995). Pada malam hari, ikan rainbow lebih banyak beristirahat (Amri dan Khairuman, 2008). Ikan rainbow juga merupakan ikan pelagis yaitu ikan yang mencari makanan di permukaan air. Umumnya, ikan jenis ini menghabiskan waktunya lebih lama berada di lapisan atas perairan (Pemula, 2006). 

4. Pemijahan induk Ikan Rainbow

Pemijahan adalah sebagai salah satu bagian dari reproduksi yang merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup suatu spesies. Hampir semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi seksual yaitu terjadi persatuan sel reproduksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan membentuk zigot. Persatuan kedua macam sel tersebut ada yang terjadi di dalam tubuh dan ada pula yang terjadi di luar tubuh, pada ikan umumnya terjadi pembuahan di luar tubuh (Effendie, 1997 ).

Pemijahan ikan Rainbow dilakukan secara alami yaitu dengan cara memasangkan indukan jantan dan betina dalam satu akuarium dengan perbandingan 1:1 . selanjutnya diberi substrat berupa tali raffia agar induk dapat menempelkan telurnya pada substrat tersebut . Substrat digunakan untuk menempelkan telur yang dikeluarkan induk Rainbow. Seperti habitat aslinya, ikan Rainbow biasa menempelkan telur pada tanaman air maupun bebatuan. Substrat yang dapat digunakan untuk tempat menempelkan telur dapat berupa tanaman air, seperti enceng gondok, ijuk halus atau tali plastik yang dibuat serabut. Dari ketiga substrat tersebut substrat yang paling baik adalah dari tali plastik (Nasution, 2000). Sebelum digunakan substrat tersebut harus dicuci terlebih dahulu agar terhindar dari penyakit, parasit atau bahan kimia. Tali plastik yang di potongpotong sepanjang 30 cm, kemudian diikat pada salah satu ujung kemudian disikat dengan sikat kawat sehingga berbentuk serabut memiliki kelebihan tidak busuk dan memiliki daya lekat yang baik untuk telur. Disamping itu tali raffia mudah diperoleh dan dapat digunakan berkali-kali. 

Pemijahan Rainbow yang sulit diperkirakan, mengharuskan pengamatan terus-menerus pada substrat yang dipasang. Telur yang menempel tampak berupa butiran bening berdiameter 1 mm. Jika telah diketahui induk betina telah bertelur, maka induk dipindahkan pada wadah yang berbeda meskipun induk jantan tidak memakan telurnya. Hal tersebut dilakukan agar induk tidak mengganggu dalam penetasan telur.

Referensi :
  1. Nasution, S.N. 2004. Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta
  2. Effendi, M.I 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nustama. Yogyakarta Effendi, M.I 2009. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
  3. Amri, K., dan khairuman, A. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta