Sistem Tata Udara Gedung

1. Sistem Tata Udara

Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan, pendingin ruangan, lift, dan eskalator. Di Indonesia yang beriklim tropis, sebagian besar energi listrik digunakan untuk mendinginkan ruangan dengan menggunakan sistem tata udara atau dikenal dengan Air Conditioner (AC). Bangunan gedung modern menggunakan berbagai sarana untuk memberi kenyamanan bagi penghuni dan tamunya. Sarana yang memberikan kenyamanan ini disebut dengan utilitas bangunan dengan distribusi pemakaian listrik dan sistem tata udara adalah konsumen pemakai listrik terbesar. Pada dasarnya sistem tata udara terbagi menjadi 2, yaitu : - Sistem tata udara langsung (Direct Cooling). Pada sistem ini udara diturunkan suhunya oleh refrigran freon dan disalurkan ke dalam ruangan tanpa saluran udara (ducting). Jenis yang digunakan adalah AC Window berkapasitas 0,5 – 2 pk, AC split berkapasitas 0,5 – 3 pk dan AC package berkapasitas sampai 10 pk. - Sistem tata udara tidak langsung (Indirect Cooling) Refrigran yang digunakan bukan freon tetapi air es (chilled water) dengan suhu sekitar 50C. Air es dihasilkan dalam chiller (mesin pembuat es yang menggunakan refrigran sebagai zat pendingin). Sistem ini dikenal dengan sistem tata udara terpusat (Central Air Conditioning System). 

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, menghemat energi berarti mengurangi biaya produksi dan menambah keuntungan atau suatu kesempatan untuk program pengembangan produktivitas/daya saing usaha. Dalam menghemat energi pada bangunan gedung paska konstruksi, ada lima hal pokok yang perlu dilakukan yaitu : komitmen manajemen, identifikasi masalah, penunjukan petugas energi, implementasi dan evaluasi pelaksanaan. Hasil-hasil penelitaian tentang lingkungan kerja menunjukkan bahwa di dalam ruang berudara segar civitas/karyawan dapat bekerja lebih baik dan jumlah kesalahan dapat dikurangi sehingga efisiensi kerja dapat ditingkatkan.

2. Manajemen Sistem Tata Udara 

Instalasi pendinginan pertama kali dibuat dan dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Amerika, yaitu Joseph Mc.Creaty, dalam tahun 1897. Pada waktu itu, instalasi tersebut dinamai mesin pencuci udara (air washer), yaitu suatu sistem pendinginan yang menggunakan percikan air. Sedangkan Dr. Willis Haviland Carrier (Amerika Serikat, 1906) dapat dianggap sebagai orang pertama yang berhasil membuat alat pengatur temperatur dan kelembaban udara, ia berhasil menyegarkan udara dari sebuah percetakan dengan menggunakan sistem pencuci udara. Dalam hal tersebut ia mendinginkan dan menjenuhkan udara sampai mencapai titik embunnya. Teori Termodinamika yang dihasilkannya itu dikemukakan pada suatu pertemuan The American Society of Mechanical Engineers tahun 1911. Sampai beberapa tahun setelah perang dunia kedua, instalasi penyegaran udara hanya dipergunakan untuk keperluan industri. Namun, setelah itu penggunaannya diperluas untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan dan kesegaran udara di hotel, kantor, gedung bioskop, di rumah, dan sebagainya. 

Penelitian tentang manajemen sistem tata udara telah banyak dilakukan, manajemen tata udara disini berarti penggunaan sistem tata udara secara efektif untuk mencapai sasaran optimal pemakaian. Achmad Marzuki dan Rusman (2012) melakukan penelitian tentang audit energi pada bangunan gedung direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AC menyumbang cukup besar dari segi beban yaitu sekitar 57,36%. Namun dilihat dari nilai target IKE yang digunakan untuk klasifikasi perkantoran (komersil) yaitu sebesar 240 kWh/m2 per tahun, nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (ber-AC) pada gedung direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII yaitu sebesar 194.17 kWh/m2 per tahun nilai ini masih relatif lebih rendah dari standar target yang ditentukan.[5] Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian ternyata AC memberikan beban yang cukup besar, dan apabila tidak dilakukan suatu manajemen pada sistem tata udaranya maka tingkat konsumsi listrik pada bangunan tersebut menjadi tidak efisien dan bisa berujung pada pemborosan. 

Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang sistem tata udara bangunan gedung ada baiknya dipahami terlebih dahulu tentang satuan energi, prinsip konservasi energi dan cara kerja sistem tata udara. Satuan Energi Satuan energi yang biasa digunakan adalah :  Energi listrik dengan satuan kWh (kilo Watt hour)  Ukuran kapasitas pendingin AC dengan satuan Ton Refrigrasi (Ton Ref). 1 Ton Ref = 3.032 kkal per jam = 12.000 btu per jam (satuan Britania) = 3,517 kW.

3. Komponen Utama dan Cara Kerja Sistem Tata Udara 

Komponen Sistem Tata Udara 

Sistem tata udara / AC (Air Conditioner) dalam operasinya didukung oleh beberapa komponen yang masing-masing mempunyai karakteristik. Komponen dasar dan cara kerja sistem AC dapat dijelaskan sebagai berikut :  Compressor Compressor berfungsi mensirkulasikan dan menekan refrigeran (misalnya freon) dalam sistem mesin pendingin. Akibat pendinginan pada condensor, refrigran bertekanan mencair dan secara bertahap melalui pipa kapiler atau katup ekspansi mengalir ke evaporator karena adanya perbedaan tekanan yang dihasilkan compressor pada area condensor dan evaporator.  Evaporator Refrigran cair dengan suhu hampir sama dengan udara luar ini mengalir ke pipa evaporator bertekanan rendah melalui sebuah katup ekspansi atau pipa kapiler. Proses "trottling" terjadi pada katup ekspansi mengakibatkan refrigran berubah fase dari cair menjadi uap di evaporator. Proses penguapan ini membutuhkan panas dari sekitar yang menyebabkan daerah di sekitar evaporator menjadi dingin. Dengan kata lain perpindahan panas berlangsung dari udara sekitar evaporator ke refrigran di dalam evaporator, proses perpindahan panas ini dipercepat dengan mensirkulasikan udara di dalam ruangan dengan sebuah fan sirkulasi sehingga suhu udara di dalam ruangan menjadi turun. Hal inilah yang menyebabkan rasa dingin di dalam ruangan ber AC.  Condensor Refrigran cair dialirkan ke condensor yang letaknya di luar ruangan didinginkan dengan udara melalui sebuah kipas angin agar pendinginan berlangsung lebih cepat dan elektif sehingga pada ujung akhir pipa condensor suhu refrigran cair sudah mendekati suhu udara luar, dengan demikian di condensor terjadi pelepasan panas dari refrigran ke udara luar.

 Cara Kerja Sistem AC

cara kerja sistem AC yang dimulai dari gas refrigran yang terbentuk pada evaporator karena penyerapan panas mengalir ke compressor dengan menggunakan daya isap dari compressor untuk selanjutnya ditekan mengikuti siklus. Untuk mengatur suhu di dalam ruangan agar tidak terlalu dingin. maka sistem pengatur suhu diletakkan pada bagian evaporator. Bila suhu ruangan sudah mencapai rasa nyaman yang dikehendaki, maka alat pengatur suhu ini bekerja unituk memutuskan hubungan aliran listrik dari sumbernya (jaringan PLN) ke motor penggerak compressor. Akibatnya motor penggerak berbenti bekerja dan aliran refrigran berhenti pula mengalir, ini berarti proses pendinginan juga berhenti. Selanjutnya bila suhu di dalam ruangan naik kembali, saklar otomatis pengatur suhu akan secara otomatis tersambung kembali sehingga aliran listrik ke motor penggerak compressor dan kipas pendingin tersambung. Dengan demikian proses pendinginan dimulai kembali. Untuk menghindari menempelnya debu pada pipa pendingin evaporator, yang dapat menghambat proses perpindahan panas, maka biasanya dipasang saringan udara pada kipas angin evaporator. Saringan ini secara periodik perlu dibersihkan.

Pengoperasian 

Efisiensi penggunaan energi sistem tata udara bangunan gedung sangat ditentukan oleh pola pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata udara yang dilakukan, baik oleh pemakai, pengelola maupun pemilik bangunan. Perlunya petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata udara adalah untuk mencapai efisiensi dan optimalisasi penggunaan energi sistem tata udara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sistem tata udara yang berkaitan dengan efisiensi pemakaian energi sebagaimana diuraikan berikut ini.

Pengoperasian/Penggunaan komponen bangunan  Pintu dan jendela ruangan yang dikondisikan harus dijaga selalu dalam keadaan tertutup dan sebaiknya menggunakan penutup otomatis;  Dinding kaca harus diusahakan tidak meneruskan sinar matahari langsung kedalam ruangan dengan cara memberi peneduh atau tirai;  Ruangan yang dikondisikan harus dijaga agar tidak terjadi kebocoran udara luar atau infiltrasi;  Dihindarkan bangunan peralatan-peralatan yang menghasilkan panas;  Finishing dinding, plafon dan lain-lain diusahakan sesuai dengan perencanaan;  Pemanfaatan ruangan sesuai dengan perencanaan.

Referensi :

Saito, H.& Arismunandar, W. 1981. Penyegaran Udara. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT Pradnya Paramita