Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga
digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu
kelompok obat yang heterogen, secara kimia (Wilmana, 2007).
2. Mekanisme Kerja OAINS
Prostaglandin dilepaskan saat terjadi kerusakan sel dan OAINS
menghambat biosintesis prostaglandin. Obat-obat tersebut tidak
menghambat pembentukan mediator inflamasi lain atau leukotrien.
Enzim pertama dalam jalur pembentukan prostaglandin adalah
prostaglandin G/H sintetase, atau yang dikenal dengan nama
siklooksigenase (COX). Enzim ini mengubah asam arakidonat (AA)
menjadi Prostaglandin G2 (PGG2) dan Prostaglandin H2 (PGH2)
, yang
akan diubah menjadi tromboksan A2 (TXA2) dan bentuk prostaglandin
lainnya. Dosis terapeutik OAINS menurunkan biosintesis
prostaglandin dengan menghambat COX, dan terdapat korelasi antara
potensi sebagai penghambat COX dan aktivitas antiinflamasi (Brunton
et al., 2008).
Terdapat dua bentuk COX, COX-1 dan COX-2. COX-1 dapat
ditemukan dalam kebanyakan sel dan jaringan normal, sedangkan
sitokin dan mediator inflamasi yang menyertai inflamasi menginduksi
produksi COX-2. COX-1 lebih banyak diekspresikan, khususnya
dalam sel epitel lambung dan merupakan sumber terbanyak dari
pembentukan prostaglandin sitoprotektif. Penghambatan COX-1 pada
lokasi ini memiliki efek terhadap lambung sebagai komplikasi dari
terapi OAINS, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan
penghambat COX-2 yang diekspresikan dalam ginjal dan otak
(Brunton et al., 2008).
OAINS biasanya diklasifikasikan sebagai analgesik ringan. Obat ini
efektif ketika inflamasi menyebabkan sensitisasi pada reseptor nyeri
karena stimulus kimia atau mekanik. Nyeri yang menyertai inflamasi
dan kerusakan jaringan dapat berasal dari stimulus lokal dari jaringan
yang rusak dan meningkatkan sensitivitas nyeri (hiperalgesia), sebagai
konsekuensi dari peningkatan rangsangan dari neuron di medula
spinalis (Brunton et al., 2008).
Kapasitas prostaglandin untuk membuat reseptor nyeri peka terhadap
stimulasi mekanik dan kimia berasal dari penurunan ambang pada
nosiseptor fiber C. Umumnya, OAINS tidak memiliki efek langsung
terhadap nyeri, karena kerja obat ini adalah dengan menghambat
biosintesis prostaglandin (Brunton et al., 2008).
3. Efek Samping OAINS
Efek samping yang terjadi terutama berhubungan dengan saluran
pencernaan karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis PG.
Gangguan yang dapat terjadi meliputi anoreksia, nausea, dispepsia,
nyeri abdominal, dan anemia akibat perdarahan saluran cerna. Gejalagejala
tersebut terkait dengan ulkus gaster atau ulkus duodeni, dan
dapat dikurangi dengan obat selektif COX-2 (Brunton et al., 2008).
Referensi :
- Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., dan Buxton, I., 2008. Goodman & Gilamn’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
- Wilmana, F.P., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi ke-5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.