Inflamasi (peradangan) merupakan reaksi kompleks pada jaringan ikat
yang memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen.
Dalam arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif
yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta
membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel
(Robbins, 2004).
Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat
kimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah
menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau
terinvasi agar dapat mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan
agen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan
untuk proses penyembuhan (Corwin, 2008).
Respons inflamasi terjadi dalam tiga fase dan diperantarai oleh mekanisme
yang berbeda :
a. fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
b. reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan
fagosit.
c. fase proliferatif kronik, dengan ciri terjadinya degenerasi dan fibrosis
(Wilmana, 2007).
Respon antiinflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya
permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala
proses inflamasi yang sudah dikenal ialah:
1. Kemerahan (rubor)
Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan
darah ke daerah tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan
aliran darah ke tempat cedera (Corwin, 2008).
2. Rasa panas (kalor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan.
Dimana rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak
di tempat radang daripada di daerah lain di sekitar radang.
Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat
dan rasakan (Wilmana, 2007). 3. Rasa sakit (dolor)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
(1) adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga
terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa
nyeri, (2) adanya pengeluaran zat – zat kimia atau mediator nyeri
seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang
saraf – saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri
(Wilmana, 2007).
4. Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang
disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler,
adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang
mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari
pembuluh darah ke ruang interstitium (Corwin, 2008).
5. Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang
terkena inflamasi dan sekitarnya akibat proses inflamasi.
(Wilmana, 2007).
Selama berlangsungnya respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang
dilepaskan secara lokal antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin (5HT),
faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin (PG). Dengan
migrasi sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim dan
lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek
terhadap mediator-mediator kimiawi tersebut kecuali PG (Wilmana, 2007)
Referensi :
- Wilmana, F.P., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi ke-5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Robbins. 2004. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. (Penerjemah: Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk.). Jakarta: EGC.