Upaya Pencegahan Diare

Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:

  1. Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).
  2. Memperbaiki praktik pemberian makanan pendamping ASI.
  3. Penggunaan air bersih yang cukup.
  4. Makan makanan bersih dan bergizi 
  5. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
  6. Penggunaan jamban yang benar dimana pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang benar.
  7. Menjaga kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan
  8. Memberikan imunisasi campak.
  9. Pemberian kaporit pada sumur gali 2 minggu sekali

Ada beberapa upaya pencegahan yang efektif yang dapat dilakukan antaralain:

1. Memberikan ASI

ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian ASI sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai 6 bulan. Tidak ada makanan tambahan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI memiliki khasiat preventif secara imonologic dengan kandungan antibodi dan zat-zat lain. ASI turut memberi perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi- bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare. Bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan akan mendapat resiko terjadi diare adalah 30 kali lebih besar. Penggunaan botol susu untuk pemberian susu formula juga akan memberi resiko tinggi terkena diare sehingga dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara bertahap. Dimulai dengan membiasakan dengan memberikan makanan orang dewasa yang dihaluskan. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang baik antara lain : 1) Berikan makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan. 2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk menambah energi. 3) Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang- kacangan, buah-buahan dan sayuran hijau ke dalam makanannya. 4) Cuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih, sebaiknya botol sususerta peralatan makanan bayi disiram atau direbus dengan air panas mendidih.5) Masak dan rebus makanan dengan benar.

3. Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral, ditularkan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang tercemar. Hal-hal yang perlu diperhatikan anggota keluarga :

  1. Mengambil Air dari sumber yang bersih.
  2. Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
  3. Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan lain-lain.
  4. Gunakan air yang direbus
  5. Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih.

4. Mencuci Tangan dengan Sabun

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam mencegah penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare.

5. Menggunakan Jamban

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah : a) keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai seluruh anggota keluarga, b) Bersihkan secara teratur dan c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

6. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga : a) Tinja bayi atau anak kecil sebaiknya dibuang kejamban, b) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau kebun kemudian ditimbun dan c) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.

7. Memberikan Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2000).

8. Pemberian Kaporit pada Sumur Gali 2 Minggu Sekali

Cara pembubuhan kaporit pada sumur gali antara lain : Satu sendok makan peres untuk 1 (satu ) cincin (1 meter kubik) dengan frekwensi pemberian 2 (dua) minggu sekali. Caranya kaporit dilarutkan terlebih dahulu dalam segayung air, setelah itu dimasukkan ke dalam sumur pada malam hari. Pada pagi harinya air sumur sudah dapat dimanfaatkan kembali.Pemberian kaporit pada sumur gali 2 minggu sekali.

Referensi :

Depkes RU, 2000. Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:Ditjen PPM dan PL.