Penerimaan Diri

Germer (2009) menyatakan bahwa orang yang menerima dirinya adalah orang yang sadar bahwa dirinya mengalami sebuah sensasi, perasaan, maupun pikiran yang ada pada dirinya dari waktu ke waktu. Orang yang menerima dirinya juga mampu merangkul apapun yang muncul atau ada dalam dirinya, menerima dari waktu ke waktu sebagaimana yang ada pada dirinya. Definisi menurut Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa penerimaan diri adalah tingkat dimana individu memiliki kesadaran mengenai karakteristik dirinya, mampu dan mau hidup dengan kondisi itu. Jersild dalam Hurlock (1974) juga menjelaskan mengenai penerimaan diri:

The self-accepting person has a realistic appraisal of his resorces combined with appreciation of his own worth ; assurance about standards and convictions of his own without being a slave to the opinions of others; and realistic assessment of limitations without irrational self-reaproach. Self-accepting people recognize their assets and are free to draw upon them even if they are not all that could be desired. They also recognize theirshortcomings without needlessly blaming themselves” (Jersild, dalam Hurlock 1974, hal. 434)

Berdasarkan definisi di atas, maka Jersild menyimpulkan bahwa orang-orang yang menerima dirinya memiliki penilaian realistis terhadap sumber daya yang dimilikinya yang dikombinasikan dengan penghargaan atas dirinya sendiri; yakin akan standar dan diri sendiri tanpa harus dikendalikan oleh orang lain; dan memiliki penilaian realistis mengenai keterbatasan tanpa harus mencela diri sendiri. Orang yang menerima dirinya menyadari aset-aset yang dimiliki dan bebas untuk menggunakannya bahkan jika aset tersebut tidak diinginkan. Mereka juga mengetahui kelemahannya tanpa perlu menyalahkan dirinya.

Dari pernyataan beberapa tokoh di atas mengenai penerimaan diri, maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah suatu kondisi di mana individu sadar akan segala yang dimilikinya dan bersedia untuk hidup dari waktu ke waktu dengan apa yang dimilikinya tersebut baik itu berupa kelebihan ataupun kekurangan. Individu yang menerima dirinya akan merasakan kenyamanan pada apa yang dia miliki.

Referensi :

  1. Germer, C.K. 2009. The mindful path to self-compassion. USA: The Guilford Press.
  2. Hurlock, E.B. 1974. Personality development. New Delhi: McGraw-Hill