Pengertian Diare

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1984 mendefinisikan diare adalah buang air besar (BAB) 3 kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (muntaber (Widoyono, 2008)

Mengutip definisi Hippocrates menyatakan diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Nelson dkk, 1969; Morley, 1973) berpendapat bahwa gastroenteritis dikesampingkan saja dimana memberikan kesan terdapatnya suatu radang sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan pada penyebabnya (Suharyono, 2008).

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir ( Suraatmaja, 2007). Diare sendiri berasal dari bahasa latin diarrhoea, yang berarti buang air encer lebih dari empat kali baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Menurut Depkes (2003), diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.

Diare paling sering menyerang anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun dan pada umumnya terjadi pada bayi dibawah 6 bulan yang minum susu sapi atau susu formula. Buang air besar yang sering dengan tinja normal atau bayi yang hanya minum ASI kadangkala tinjanya lembek tidak disebut diare.

1. Klasifikasi Diare

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), jenis diare dibagi menjadiempat yaitu:
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinanterjadinya komplikasi pada mukosa.
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2. Faktor Penyebab Diare

Menurut Widoyono (2008) penyebab diare dapat dikelompokan menjadi :

  1. Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
  2. Bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio cholera, dan lain-lain.
  3. Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia, Cryptosporidium( 4-11%).
  4. Keracunan makanan
  5. Malabsorpsi : Karbohidrat, lemak, dan protein.
  6. Alergi : makanan, susu sapi.
  7. Imunodefisiensi : AIDS

3. Gejala dan Tanda Diare

Menurut Widoyono (2008) ada beberapa gejala dan tanda diare diantaranya adalah :

1. Gejala Umum

  1. Mengeluarkan kotoran lembek dan sering merupakan gejala khas diare
  2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
  3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
  4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan gelisah
2. Gejala Spesifik

  1. Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
  2. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :

1. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang, atau berat.

2. Gangguan Sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).

3. Gangguan Asam-Basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kopensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan PH arteri.

4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui,kemungkinan karena cairan ekstra seluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi odema otak yang mengakibatkan koma.

5. Gangguan Gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Refrensi :

  1. Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga
  2. Suharyono, 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Rineka cipta