Tahap Penerimaan Diri

Germer (2009) menyatakan bahwa proses penerimaan diri sebagai bentuk keadaan melawan ketidaknyamanan terjadi dalam tahapan-tahapan; ada pelunakan progresif, atau tidak ada perlawanan, untuk menghadapi penderitaan. Proses awal yang terjadi adalah rasa kebencian, selanjutnya proses dimulai dengan keingintahuan akan masalah, dan jika hal-hal tersebut berjalan dengan baik maka akan berakhir dengan merangkul apapun yang terjadi dalam hidup seorang individu. Proses ini biasanya berlangsung lama dan alami. Individu tidak dapat maju ketahapan selanjutnya jika ia tidak merasa sepenuhnya nyaman pada satu tahapan. Tahapan-tahapan penerimaan diri tersebut adalah sebagai berikut.

Tahap 1: Aversion ─ kebencian/keengganan, menghindari, resisten
Reaksi alami pada perasaan yang membuat tidak nyaman adalah kebencian atau keengganan. Kebencian/keengganan ini juga dapat membentuk keterikatan mental atau perenungan─mencoba mencari tahu bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan tersebut.

Tahap 2: Curiosity ─ melawan rasa tidak nyaman dengan perhatian
Pada tahapan ini individu mulai memiliki pertanyaan-pertanyaan pada hal-hal yang dirasa perlu untuk diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya muncul adalah “Perasaan apa ini?” “Apa artinya perasaan ini?” “Kapan perasaan ini terjadi?”.

Tahap 3: Tolerance ─ menanggung derita dengan aman
Toleransi berarti menanggung rasa sakit emosional yang dirasakan, tetapi individu tetap melawannya dan berharap perasaan tersebut akan segera hilang.

Tahap 4: Allowing ─ membiarkan perasaan datang dan pergi
Pada tahapan ini individu membiarkan perasaan tidak nyamannya datang dan pergi.

Tahap 5: Friendship─merangkul, melihat nilai-nilai yang tersembunyi
Individu melihat nilai-nilai yang ada pada waktu keadaan sulit menimpanya. Hala ini merupakan tahapan terakhir dalam penerimaan diri.

Referensi :
Germer, C.K. 2009. The mindful path to self-compassion. USA: The Guilford Press.