Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Hurlock (1974) dalam buku Personality Development mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, seperti:

1. Pemahaman Diri
Pemahaman diri seseorang tidak ditentukan oleh kapasitas intelektualnya, tapi melalui kesempatan untuk menggali potensi dalam dirinya. Individu harus memiliki kesempatan untuk mencoba kemampuannya tanpa harus dihalangi oleh orang lain.

Pemahaman dan penerimaan diri berhubungan erat. Semakin baik seseorang memahami dirinya, semakin dapat ia menerima dirinya, dan sebaliknya. Kurangnya pemahaman diri dapat mengarah kepada kesenjangan antara konsep diri yang ideal dan gambaran yang ia terima melalui kontak sosial, yang membentuk dasar konsep diri.

2. Harapan yang Realistik
Ketika harapan seseorang untuk sebuah pencapaian bersifat realistis, maka kinerjanya akan meningkat sesuai dengan harapannya.

Hal ini akan berkontribusi kepada kepuasan diri yang sangat penting dalam penerimaan diri. Harapan dapat menjadi kenyataan ketika seseorang cukup memahami dirinya sendiri untuk dapat mengenali keterbatasan dan kekuatannya.

3. Tidak Adanya Hambatan di Dalam Lingkungan
Ketidakmampuan seseorang untuk mencapai tujuan hidup yang realistis dapat berasal dari hambatan yang berasal dari lingkungan yang tidak dapat dikendalikan, misalnya seperti diskriminasi ras, jenis kelamin, maupun agama. Ketika hal ini terjadi, seseorang yang mengetahui potensinya akan sulit untuk menerima diri. Ketika lingkungan mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan, maka ia akan puas dengan pencapaian yang membuktikan bahwa harapannya adalah suatu hal yang realistis.

4. Sikap-Sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan
Seseorang yang mendapatkan sikap yang menyenangkan dari masyarakat lebih dapat menerima dirinya. Tiga hal yang mengarah kepada evaluasi sosial yang menyenangkan adalah tidak adanya prasangka terhadap individu dan anggota keluarganya; memiliki keahlian sosial; dan mau untuk menerima kelompok.

5. Tidak Adanya Gangguan Emosional yang Berat
Stres secara emosional dapat mengarah kepada ketidakseimbangan fisik dan psikologis. Ketidakseimbangan fisik yang diikuti oleh stres emosional dapat membuat seseorang bekerja dengan kurang efisien, mengakibatkan kelelahan, dan bereaksi secara negatif kepada orang lain.

Tidak adanya stres dapat membuat seseorang melakukan yang terbaik untuk pekerjaannya. Selain itu, seseorang dapat menjadi lebih rileks dan bahagia. Kondisi sepeti ini berkontribusi kepada evaluasi sosial yang baik yang menjadi dasar bagi evaluasi dan penerimaan diri yang baik pula.

6. Pengaruh Keberhasilan
Pengaruh kegagalan dapat mengarah kepada penolakan diri, dan pengaruh kesuksesan dapat mengarah kepada penerimaan diri. Kegagalan yang seringkali dirasakan seseorang akan membuat kesuksesan diartikan lebih bermakna.

7. Identifikasi dengan Orang yang Memiliki Penyesuaian Diri yang Baik
Seseorang yang mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang yang menyesuaikan diri dengan baik dapat mengembangkan sikap yang positif terhadap hidup dan berperilaku yang mengarah kepada penilaian dan penerimaan diri yang baik.

8. Perspektif Diri
Seseorang yang dapat melihat dirinya sama seperti orang lain melihat dirinya memiliki pemahaman diri yang baik dibandingkan dengan seseorang yang perspektif dirinya cenderung sempit dan terdistorsi. Perspektif diri yang baik dapat mendukung penerimaan diri.

9. Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik
Inti dari konsep diri yang menentukan penyesuaian diri seseorang di masa depan berawal dari masa kanak-kanak. Pengasuhan secara demokratis mengarah kepada pola kepribadian yang sehat. Selain itu pada pengasuhan ini, peraturan-peraturan yang dijelaskan kepada anak dapat membuat anak dihormati sebagai seorang manusia. Anak akan belajar untuk menghormati dirinya dan bertanggung jawab untuk mengendalikan perilakunya dengan kerangka peraturan yang telah ditetapkan.

10. Konsep Diri yang Stabil
Konsep diri yang stabil merupakan cara seseorang melihat dirinya dengan cara yang sama sepanjang waktu. Konsep diri yang baik mengarah kepada penerimaan diri, sedangkan konsep diri yang buruk mengarah kepada penolakan diri. Jika seseorang mengembangkan kebiasaan untuk menerima dirinya, maka hal itu akan menguatkan konsep diri yang baik sehingga penerimaan diri akan menjadi suatu kebiasaan bagi individu tersebut.

Referensi :
Hurlock, E.B. 1974. Personality development. New Delhi: McGraw-Hill.